lampiran ke 2 naskah drama ( RPP rtf )
http://agungadiaryono.blogspot.com/
>
DAFTAR USULAN PENETAPAN ANGKA KREDIT
Sambak Kajoran FB
0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
1234567891234567891234567899123456789123456789123456789
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
1234567891234567891234567899123456789123456789123456789
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lampiran
II. 1
Suasana
di Desa
Wahyu dan Andi anak kelas V sedang
berdiri mengelilingi penjual makanan. Mereka sedang membicarakan pengalamannya
pergi ke desa.
Wahyu : (Sambil tangannya mengambil jajanan) “Eh
Andi, aku kemarin pergi ke
desa. Aduh,
ternyata desa itu tenang sekali suasananya.”
Andi : “Ya, memang benar. Desa itu keadaannya
tenang, tidak bising seperti di
kota.”
Wahyu : “Aku pikir, desa itu tidak mengenakkan karena
keadaannya sepi, tidak
ada
penerangan, tidak ada hiburan, dan tidak ada supermarket.”
Andi : “Ternyata sebaliknya, kan? Sering
disebutkan listrik masuk desa,
televisi
masuk desa, dan masih banyak lagi tentang kemajuan desa”.
Di tengah-tengah percakapan itu,
tiba-tiba datang seorang anak laki-laki sebaya dengan mereka.
Sigit : (Sambil membungkukkan badan) “Selamat
siang, kak. Mau tanya,
dimana ruang kepala sekolah?”
Wahyu : (Berlagak sok) “Cari saja sendiri!”
Andi : (Agak jengkel) “Hai ...Wahyu jangan
begitu! Dia tanya baik-baik, malah
kamu jawab
ketus.”
Tono : “Ah ... biar saja, memangnya aku pikirin?”
Andi : (Sambil mengulurkan tangan kepada anak
baru itu) “Selamat siang, Dik.
Kenalkan,
saya Andi. Kamu siapa?”
Sigit : (Sambil mengulurkan tangan juga) “Saya
Sigit. Saya datang dari desa.
Saat ini
desa saya hancur akibat gunung meletus. Sekarang saya tidak
punya orang
tua. Saya mengungsi di daerah ini.”
Wahyu : (Dengan wajah menyesal) “Aku Wahyu.
Keperluanmu ke sini untuk
apa?”
Sigit : “Kalau boleh, aku akan belajar di sini.”
Wahyu : “O, kalau begitu, ayo kita menghadap kepala
sekolah.”
Andi : (Sambil menggandeng lengan Sigit) “Ayo,
kita ke ruang kepala sekolah!”
Mereka
pun berjalan bersama-sama ke ruang kepala sekolah.
Lampiran II. 2
Salah Paham
Pada
saat istirahat setelah pelajaran olahraga, Toni dan Roni berada di depan kelas.
Mereka bercakap-cakap membahas tentang sesuatu hal.
Toni :
“Ron, aku rasa pak Anwar tidak suka padaku. Kemarin aku nggak
ikut pelajaran olahraga sekali saja
langsung dihukum.”
Roni :
“Itu hanya perasaanmu saja! Kamu dihukum gara-gara kamu
ketahuan membolos kan?”
Toni :
“Ya tapi nggak seharusnya aku dihukum berkali-kali.”
Roni : “Ton, tadi itu bukan
hukuman tapi kamu memang dipilih untuk
memberi contoh kepada teman-teman cara push
up yang baik.”
Toni : "Tapi kan aku capek
harus push up dan squat
jump. Pasti pak
Anwar sengaja buat aku capek.”
Roni : “Ya nggak mungkin gitu lah.
Pak Anwar pasti punya maksud
baik.”
Tiba-tiba,
Pak Anwar lewat di depan mereka.
Pak
Anwar : “Wah, sepertinya serius
sekali, sedang berdiskusi apa?”
Toni : “Tidak, Pak! Kami cuma
bercanda biasa.”
Roni : (memberanikan diri untuk
berterus terang dengan perasaan takut)
“Begini pak, sebenarnya Toni salah paham
kepada bapak.”
Pak
Anwar : “Salah paham kepada bapak?”
Toni : (Berusaha membela diri) Ah,
nggak Pak! Jangan percaya Roni!”
Roni : “Benar pak, Toni merasa bapak
tidak suka padanya, soalnya
beberapa hari ini bapak sering
menghukumnya!”
Pak
Anwar : (Sambil tertawa) “Aduh, bapak
tidak bermaksud seperti itu. Yang
pertama, bapak lakukan karena kamu
membohongi bapak. Terus
yang
tadi, bapak menyuruh kamu push up
dan squat jump karena
bapak
tahu kemampuanmu melebihi teman- temanmu.
Roni : “Tuh, benar kan? Kamu jangan
salah paham dulu.”
Toni : “Iya.. ya! Aku juga minta
maaf telah salah paham.”
Pak
Anwar : “Iya.. tidak apa-apa! Bapak
juga minta maaf jika ada kesalahan!”
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah sedia mengisi dengan santun