Caput Succedaneum dan Cephalhematoma
Caput
Succedaneum dan Cephalhematoma
A. Pengertian Caput Succedaneum dan
Cephalhematoma
Caput succedaneum adalah Kelainan ini akibat sekunder
dari tekanan uterus atau dinding vagina pada kepala bayi sebatas caput. Keadaan
ini dapat pula terjadi pada kelahiran spontan dan biasanya menghilang dalam 2-4
hari setelah lahir. Tidak diperlukan tindakan dan tidak ada gejala sisa yang
dilaporkan. (Sarwono, 2002).
Caput succedaneum adalah benjolan yang membulat
disebabkan kepala tertekan leher rahim yang saat itu belum membuka penuh yang
akan menghilang dalam waktu satu dua hari. Cephalhematoma adalah perdarahan sub
periosteal akibat ruptur pembuluh darah antara tengkorak dan periosteum.
Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada
presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian
tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah.
Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang
setelah 2-5 hari. (Sarwono, 2002).
Kejadian Caput succedaneum pada bayi sendiri adalah
benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga
pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi. (Saifuddin, 2001).
Cephalhematoma adalah perdarahan superfisial akibat
kerusakan jaringan periosteum karena tekanan jalan lahir dan tidak melampaui
batas garis tengah.
Cephalhematoma adalah pembengkakan pada kepala karena
adanya penumpukan darah yang disebabkan perdarahan sub periosteum.
B. Penyebab Caput Succedaneum dan
Cephalhematoma
Caput succedaneum terjadi karena adanya tekanan yang
kuat pada kepala pada saat memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan
sirkulasi perifer dan limfe yang disertai dengan pengeluaran cairan tubuh ke
jaringan ekstravaskuler. Keadaan ini bisa terjadi pada partus lama atau
persalinan dengan Vaccum ektrasi.
Cephalhematoma dapat terjadi karena :
1. Persalinan lama
Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebab kan
adanya tekanan tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan
robeknya pembuluh darah.
2. Tarikan vakum atau cunam
Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang
kuat dapat menyebabakan penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang
melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum.
3. Kelahiran sungsang yang
mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.
(Menurut : Prawiraharjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan)
(Menurut : Prawiraharjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan)
C. Faktor Predisposisi Caput Succedaneum
dan Cephalhematoma
Faktor predisposisi terjadinya Caput succedaneum
antara lain:
1. Makrosomia
2. Disproporsi
sefalopelvik
3. Distosia
4. Persalinan
lama
5. Persalinan
yang diakhiri dengan alat (ekstraksi vakum dan forceps)
6. Kelahiran
sungsang
7. Presentasi
bokong
8. Presentasi
muka
9. Kelainan
bayi letak lintang
Faktor predisposisi terjadinya Cephalhematoma antara
lain:
1. Tekanan jalan lahir yang
terlalu lama pada kepala saat persalinan
2. Moulage terlalu keras
3. Partus dengan tindakan
seperti forcep, vacum ekstraksi
D. Gejala Caput Succedaneum dan
Cephalhematoma
Gejala terjadinya Caput succedaneum antara lain:
1. Udema di kepala
2. Terasa lembut dan lunak pada
perabaan
3. Benjolan berisi serum dan
kadang bercampur dengan darah
4. Udema melampaui tulang
tengkorak
5. Batas yang tidak jelas
6. Permukaan kulit pada benjolan
berwarna ungu atau kemerahan
7. Benjolan akan menghilang
sekitar 2-3 minggu tanpa pengobatan.(Dewi, 2010)
Gejala terjadinya Cephalhematoma antara lain:
1. Adanya fluktuasi
2. Adanya benjolan, biasanya
baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir
3. Adanya chepal hematoma
timbul di daerah tulang parietal, Berupa benjolan timbunan kalsium dan sisa
jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan keras sampai umur 1-2
tahun.
4. Kepala tampak bengkak dan
berwarna merah.
5. Tampak benjolan dengan batas
yang tegas dan tidak melampaui tulang tengkorak
6. Pada perabaan terasa mula –
mula keras kemudian menjadi lunak.
7. Benjolan tampak jelas lebih
kurang 6 – 8 jam setelah lahir
8. Benjolan membesar pada hari
kedua atau ketiga
9. Benjolan akan menghilang
dalam beberapa minggu.
E. Patofisiologi Caput Succedaneum dan
Cephalhematoma
Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada
kepala ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler
dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan extravasa. Benjolan
caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah.
Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di
daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk
mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage
ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir.
Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri
dalam satu sampai dua hari. (Markum, 1991)
Cephalhematoma terjadi akibat robeknya pembuluh darah
yang melintasi tulang kepala ke jaringan poriosteum. Robeknya pembuluh darah
ini dapat terjadi pada persalinan lama. Akibat pembuluh darah ini timbul
timbunan darah di daerah sub periosteal yang dari luar terlihat benjolan.
Bagian kepala yang hematoma bisanya berwarna merah akibat adanya penumpukan
daerah yang perdarahan sub periosteum.
F. Komplikasi Caput Succedaneum dan
Cephalhematoma
Komplikasi Caput Succedaneum antara lain:
1. Infeksi
Infeksi pada caput succedaneum bisa terjadi karena
kulit kepala terluka. (kosim, 2003)
2. Ikterus
Pada bayi yang terkena caput succedanieum dapat
menyebabkan ikterus karena inkompatibilitas faktor Rh atau golongan darah A, B,
O antara ibu dan bayi. (Kosim, 2003)
3. Anemia
Anemia bisa terjadi pada bayi yang terkena caput
succedanieum karena pada benjolan terjadi perdarahan yang hebat atau perdarahan
yang banyak.
Komplikasi Cephalhematoma antara lain:
1. Ikterus
2. Anemia
3. Infeksi
4. Klasifikasi mungkin bertahan
selama > 1 tahun Gejala lanjut yang mungkin terjadi yaitu anemia dan
hiperbilirubinemia. Kadang-kadang disertai dengan fraktur tulang tengkorak di
bawahnya atau perdarahan intra kranial.
G. Penatalaksanaan Caput Succedaneum dan
Cephalhematoma
Penatalaksanaan Caput Succedaneum antara lain:
1. Perawatan
bayi sama dengan perawatan bayi normal.
2. Pengawasan keadaan umum
bayi.
3. Berikan lingkungan yang
baik, adanya ventilasi dan sinar matahari yang cukup.
4. Pemberian ASI yang adekuat,
bidan harus mengajarkan pada ibu teknik menyusui dengan benar.
5. Pencegahan infeksi harus
dilakukan untuk menghindari adanya infeksi pada benjolan.
6. Berikan konseling pada orang
tua, tentang:
a. Keadaan
trauma yang dialami oleh bayi
b. Jelaskan bahwa benjolan akan
menghilang dengan sendirinya setelah sampai 3 minggu tanpa pengobatan.
c. Perawatan bayi sehari-hari.
d. Manfaat dan teknik pemberian
ASI.
Cephalhematoma umumnya tidak memerlukan perawatan
khusus. Biasanya akan mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu
tergantung dari besar kecilnya benjolan. Namun apabila dicurigai adanya
fraktur, kelainan ini akan agak lama menghilang (1-3 bulan) dibutuhkan penatalaksanaan
khusus antara lain :
1. Menjaga
kebersihan luka
2. Tidak boleh melakukan
massase luka/benjolan Cephal hematoma
3. Pemberian vitamin K
4. Bayi dengan Cephal hematoma
tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena Pergerakan dapat mengganggu
pembuluh darah yang mulai pulih.
G. Perbedaan
Caput Succedaneum dan Cephalhematoma
Perbedaan caput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum
|
Cephalhematoma
|
Muncul waktu lahir, mengecil setelah lahir.
|
Muncul waktu lahir atau setelah lahir, dapat
membesar sesudah lahir.
|
Lunak, tidak berfluktuasi.
|
Teraba fluktuasi.
|
Melewati batas sutura, teraba moulase.
|
Batas tidak melampaui sutura.
|
Bisa hilang dalam beberapa jam atau 2-4 hari
|
Hilang lama (beberapa minggu atau bulan).
|
Berisi cairan getah bening
|
Berisi darah
|
Sumber : Kosim, 2003
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah sedia mengisi dengan santun