ASUHAN NYERI AKUT PADA GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. B DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA NYERI AKUT
PADA GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN
DI RSU SETJONEGORO
NIM A21100427
PROGRAM
STUDI S.1 KEPERAWATAN B.10
STIKES
MUHAMMADIYAH GOMBONG
KONSEP TEORI
A. Pengertian
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah
mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut Engel (1970) menyatakan nyeri sebagai suatu
dasar sensasi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan tubuh dimanifestasikan
sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman
atau fantasi luka. Nyeri adalah apa yang dikatakan oleh orang yang mengalami
nyeri dan bila yang mengalaminya mengatakan bahwa rasa itu ada. Definisi ini
tidak berarti bahwa anak harus mengatakan bila sakit. Nyeri dapat diekspresikan
melalui menangis, pengutaraan, atau isyarat perilaku (Mc Caffrey & Beebe,
1989 dikutip dari Betz & Sowden, 2002).
Nyeri
adalah sensasi subjektik, rasa tidak nyaman berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial (Corwin, J.E)
Nyeri Akut adalah nyeri yang terjadi segera setelah
tubuh terkena cidera, atau intervensi bedah dan memiliki awitan yan
cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat sampai ringan . Fungsi nyeri ini
adalah sebagai pemberi peringatan akan adanya cidera atau penyakit yang akan
datang. Nyeri ini terkadang bisa hilang sendiri tanpa adanya intervensi
medis, setelah keadaan pulih pada area yang rusak. Apabila nyeri akut ini
muncul, biasanya tenaga kesehatan sangat agresif untuk segera menghilangkan
nyeri. Nyeri akut secara serius mengancam proses penyembuhan klien, untuk itu
harus menjadi prioritas perawatan. Rehabilitasi bisa tertunda dan hospitalisasi
bisa memanjang dengan adanya nyeri akut yang tidak terkontrol.
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode tertentu,
berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari
enam bulan. Nyeri ini disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol, karena
pengobatan kanker tersebut atau karena gangguan progresif lain. Nyeri ini bisa
berlangsung terus sampai kematian. Pada nyeri kronik, tenaga kesehatan tidak
seagresif pada nyeri akut. Klien yang mengalami nyeri kronik akan mengalami
periode remisi (gejala hilang sebagian atau keseluruhan) dan eksaserbasi
(keparahan meningkat). Nyeri ini biasanya tidak memberikan respon
terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri ini merupakan
penyebab utama ketidakmampunan fisik dan psikologis. Sifat nyeri kronik yang
tidak dapat diprediksi membuat klien menjadi frustasi dan seringkali mengarah
pada depresi psikologis. Individu yang mengalami nyeri kronik akan timbul
perasaan yan gtidak aman, karena ia tidak pernah tahu apa yang akan dirasakannya
dari hari ke hari.an
jang
B. Etiologi
1.
Trauma
a. Mekanik
a. Mekanik
Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung
saraf bebas mengalami kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka dan
lain-lain
b.Thermis
Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin, misal karena api dan air.
Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin, misal karena api dan air.
c. Khemis
Timbul karena kontak dengan zat kimia
yang bersifat asam atau basa kuat
d. Elektrik
Timbul karena pengaruh aliran listrik
yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan
luka bakar.
2.
Neoplasma
a. Jinak
b. Ganas
a. Jinak
b. Ganas
3.
Peradangan
Nyeri terjadi karena
kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit
oleh pembengkakan. Misalnya : abses
4.
Gangguan sirkulasi darah dan kelainan
pembuluh darah
5.
Trauma psikologis
Menurut Doenges etilogi dari nyeri
adalah
-
Nyeri,
Kemerahan, Pucat pada daerah wajah
-
Focus
menyempit
-
Focus
pada diri sendiri
-
Otot
– otot pada daerah leher menegang,
regiditis nukal
-
Respons
emosional/perilaku tak terarah, seperti menangis, gelisah
C. Batasan Karakteristik
Subjektif
-
Mengungkapkan
secara verbal atau melaporkan dengan
isyarat.
Objektif
-
Gerakan
menghindari nyeri
-
Posisi
menghilangkan nyeri
-
Perubahan
autonomik dari tonus otot (dapat dalam rentang tidak berenergi sampai kaku )
-
Perubahan
nafsu makan dan makan
-
Perilaku
distraksi ( misalnya, mondar-mandir, mecari orang dan / atau aktivitas lain, aktivitas berulang
)
-
Perilaku
menjaga atau melindungi
-
Berfokus
pada diri sendiri
-
Bukti
yang dapat di alami
D. Patofisiologi
Reseptor
nyeri yang jumlahnya jutaan di tubuh, menerima sensasi yang kemudian dibawa ke
spinal cord yaitu pada daerah kelabu dilanjutkan ke traktus spinothalamikus
selanjutnya ke korteks serebral. Mekanismenya sebagai berikut:
- Alur nyeri dari tangan yang terbakar mengeluarkan zat kimia bradykinin, prostaglandin kemudian merangsang ujung reseptor saraf yang kemudian membantu transmisi nyeri dari tangan yang terbakar ke otak.
- Impuls disampaikan ke otak melalui nervus ke kornu dorsalis pada spinal cord.
- Pesan diterima oleh thalamus sebagai pusat sensori pada otak.
- Impuls dikirim ke corteks dimana intensitas dan lokasi nyeri dirasakan.
- Penurunan nyeri dimulai sebagai signal dari otak, turun melalui spinal cord.
- Pada kornu dorsalis zat kimia seperti endorfin dikeluarkan untuk menurunkan nyeri.
E. Klasifikasi
Nyeri
1.
Menurut
Tempat
a. Periferal Pain
·
Superfisial
Pain (Nyeri Permukaan)
·
Deep
Pain (Nyeri Dalam)
·
Reffered Pain (Nyeri Alihan) yaitu Nyeri yang
dirasakan pada area yang bukan merupakan sumber nyerinya.
b. Central Pain
Terjadi
karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal cord, batang otak dll
c. Psychogenic Pain
Nyeri
dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi akibat dari trauma psikologis.
d. Phantom Pain
Phantom
Pain merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak ada lagi, contohnya
pada amputasi. Phantom pain timbul akibat dari stimulasi dendrit yang berat
dibandingkan dengan stimulasi reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang
tersebut akan merasa nyeri pada area yang telah diangkat.
e. Radiating Pain
Nyeri
yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan sekitar.
2. Menurut Sifat
a. Insidentil : timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang
b. Steady : nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang lama
c. Paroxysmal : nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan
a. Insidentil : timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang
b. Steady : nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang lama
c. Paroxysmal : nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan
biasanya
menetap 10 – 15 menit, lalu menghilang dan kemudian timbul kembali.
d.
Intractable Pain : nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi. Contoh
pada arthritis, pemberian analgetik narkotik merupakan kontraindikasi akibat
dari lamanya penyakit yang dapat mengakibatkan kecanduan.
3. Menurut Berat Ringannya
a. Nyeri ringan : dalam intensitas rendah
b. Nyeri sedang : menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan
a. Nyeri ringan : dalam intensitas rendah
b. Nyeri sedang : menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan
psikologis
c. Nyeri Berat : dalam intensitas tinggi
c. Nyeri Berat : dalam intensitas tinggi
4.
Berdasarkan Sumbernya
a. Cutaneus/
superfisial, yaitu
nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya bersifat burning
(seperti terbakar)
ex: terkena ujung pisau atau gunting
b. Somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri
yang muncul dari ligament, pemb. Darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lbh lama
daripada cutaneus
ex:
sprain sendi
c. Visceral (pada organ dalam), stimulasi
reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena
spasme otot, iskemia, regangan jaringan
5. Berdasarkan
Penyebab
a.
Fisik
Bisa
terjadi karena stimulus fisik (Ex: fraktur femur)
b.
Psycogenic
Terjadi karena sebab yang
kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber dari emosi/psikis dan biasanya
tidak disadari. (Ex: orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada
dadanya)
6.
Berdasarkan Durasinya
a. Nyeri akut : Nyeri yang berlangsung kurang dari 6 bulan
b. Nyeri kronis : Nyeri yang berlangsung lebih dari 6 bulan
F. Skala Nyeri
(Sumber:
Saduran dari Fundamental Of Nursing, Sudiharto, AsuhanKeperawatan pada Pasien
Nyeri, 1996 ; 23).
Skala Nyeri
|
Keterangan
|
0
1 – 3
4 – 6
7 – 9
10
|
Tidak Nyeri
Nyeri Ringan
Nyeri Sedang
Sangat Nyeri tapi masih terkontrol
Sangat nyeri dan tak terkontrol
|
G. Pengkajian
Nyeri
Dikarenakan nyeri merupakan pengalaman
interpersonal, perawat harus menanyakannya secara langsung kepada klien tentang
Karakteristik nyeri.
P
: Provokes
yaitu apa yang menimbulkan nyeri ( aktifitas, spontan, stress,
setelah makan dll)
Q : Quality apakah tumpul, tajam, tertekan, dalam,
permukaan dll? Pertanyaan “Apakah pernah merasakn nyeri seperti itu sebelumnya”
R : Radiation atau Relief Apakah menyebar ( rahang,
punggung, tangan dll?) “Apakah yang membuat lebih baik”
“Apa yang
mempertambah buruk?”
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. B DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA NYERI KRONIK PADA GANGGUAN
SISTEM PERSYARAFAN
Pengkajian
1. Identitas
Pasien
Nama :
Sdr, B
Umur :
20 Tahun
Alamat :
Randu dongkal, Pemalang
Agama :
Islam
2. Penanggung
Jawab
Nama :
Tn. A
Umur :
53 Tahun
Alamat :
Islam
Pekerjaan : Tani
Hub. Dengan Pasien :
Orang Tua
Riwayat
kesehatan
a.
Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang
Ke UGD karena kecelakaan sepeda motor, pasien meggunakan helm saat
kecelakaan terjadi , dan helemnya pun tidak terlepas saat kecelekaan terjadi
b.
Keluhan
Utama
Nyeri
kepala.
c.
Riwayat keperawatan yang lalu
Pasien tidak pernah terjatuh dari sepeda motor sebelumnya
dan tidak pernah merasakan sakit seperti yang dialami saat ini.
d.
Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak ada yang pernah menderita
sakit yang dialami pasien saat ini dan keluarga serta pasien tidak mempunyai
riwayat penyakit yang berbahaya.
POLA FUNGSIONAL GORDON
- Pola manajemen kesehatan
Keluarga
pasien mengatakan Apabila ada anggota keluarga yang sakit, segera dibawa ke tempat
pelayanan kesehatan.
- Pola nutrisi
selama sakit pasien makan sehari 3x habis ¼ porsi dengan menu yang ditentukan RS.
- Pola eliminasi
selama masuk rumah sakit
pasien mengalami kesulitan dalam BAB, karena fraktur femur sehingga BAB harus
dibantu sedangkan BAK pasien dibantu oleh keluarga.
- Pola aktivitas
saat
ini pasien tidak mampu melakukan kegiatan seperti biasa karena terjadi fraktur
pada mandibula serta femur.
- Pola kognitif dan persepsi sensori
Pasien mampu berkomunikasi dengan baik. Persepsi
sensori pasien baik karena mampu merasakan nyeri.
- Pola tidur dan istirahat
Ketika
sakit pasien sulit untuk tidur dan terjaga karena merasakan nyeri pada
mandibula serta femurnya.
- Pola persepsi diri dan konsep diri
pasien
percaya bahwa kondisinya akan membaik dan sehat seperti sebelumnya.
- Pola hubungan sosial
Hubungan pasien dikeluarga baik, dengan tetangga serta
kerabat keluarga yang lainpun baik. Terbukti dengan
sering ada kerabat yang besuk ke RS.
- Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien
adalah seorang pemuda yang belum menikah.
- Pola mengatasi permasalahan hidup
Pasien
selalu memusyawarahkan dengan keluarga bila ada masalah dan untuk mengurangi
stress pasien istirahat dan menarik nafas panjang.
- Pola nilai dan kepercayaan/ agama
selama sakit pasien hanya berdoa menurut keyakinannya.
Pemeriksaan fisik
Kesadaran : GCS : 15 ,Composmentis
Nadi : 82x/ menit
Pernafasan : 20x/ menit
Suhu
tubuh : 37,10
C
Tekanan
darah : 120/ 70 mmHg
- Kepala
▪
Rambut :
warna hitam bergelombang
▪
Kulit
kepala : tidak ada laserasi, kulit
kepala kotor.
- Mata
▪
Konjungtiva : tidak anemis
▪
Palpebrae : tidak ada oedema
- Hidung
▪
Rongga
hidung : kotor karena ada bekas darah yang mengering
- Telinga
▪
Daun telinga : simetris antara kanan
dan kiri ada darah, kotor.
▪
Liang telinga : keluar darah
pada telinga kanan dan kotor
- Mulut
▪
Rongga mulut : mulut berbau
▪
Gigi : gigi kotor, hygiene mulut kurang.
▪
Bibir : Bibir kering.
- Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar
thyroid
- Paru- paru
Inspeksi : Bentuk simetris, pergerakan dada sewaktu bernafas simetris.
Palpasi :
tactil fremitus normal anatara sisi kanan dan kiri.
Auskultasi : suara nafas vesikuler
- Perut
Inspeksi : tidak ditemukan distensi abdominal
dan tidak ada pembesaran hepar dan bising usus normal.
Palpasi :
Nyeri pada daerah yang terpasang peritoneal dialisa.
- Ekstrimitas
Ekstrimitas
atas : lengan kanan terpasang
infus, tidak ada pitting oedem,.
Ekstrimitas
bawah : pada kaki sebelah kanan
terdapat balutan karena ada fraktur.
ANALISA DATA
NO
|
TGL
|
DATA
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
1
2
|
20- Feb- 2012
20- Feb- 2012
|
DS
:
-
Pasien mengatakan nyeri pada ekstrimitas bawah kanan
DO :
-
Adanya fraktur di ekstrimitas
bawah kanan
DS :
-
Pasien mengatakan anggota gerak tubuhnya terasa kaku dan pegal.
DO
:
-
pasien kesulitan bergerak
|
Nyeri Akut
Gangguan mobilitas fisik
|
Agen cidera
kontraktur, fraktur
|
Diagnose keperawatan
1.
Nyeri Akut berhubungan dengan adanya
agen cidera
2.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan adanya kontraktur, fraktur
INTERVENSI
KEPERAWATAN
NO
|
TGL
|
DIAGNOSA
|
NOC
|
NIC
|
1
2
3.
|
20- Feb- 2012
20- Feb- 2012
|
Nyeri Akut
berhubungan dengan adanya agen cidera
Gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan adanya kontraktur, fraktur
|
Setelah di lakukan
tindakan keperawatan di harapkan Rasa nyeri berkurangv dengan KH :
-
Pasien menunjukan skala nyeri
pada angka 3.
-
Ekspresi wajah klien rileks
Setelah di lakukan tindakan keperawatan Pasien dapat melakukan mobilitas
fisik dengan KH:
-
tidak adanya kontraktur
-
Ada peningkatan kekuatan.
|
-
Kaji skalan nyeri
- Ajarkan
teknik relaksasi
-
Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya, lokasinya dan lamanya.
- Kompres air dingin
- Kolaborasi
pemberian analgetik
-
Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan
yang terjadi.
-
Pertahankan kesejajaran tubuh secara fungsional, seperti bokong, kaki,
tangan. Pantau selama
penempatan alat atau tanda penekanan dari alat tersebut.
- Bantu
pasien dalam program latihan ROM secara pasif.
|
IMPLEMENTASI
NO
|
TGL
|
DIAGNOSA
|
ACTION
|
RESPON
|
1
2
|
21- Feb- 2012
21- Feb- 2012
|
Nyeri Akut
berhubungan dengan adanya agen cidera
Gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan adanya kontraktur, fraktur
|
-
Mengkaji skala nyeri
- Mengajarkan teknik relaksasi
-
Meneliti/menhkaji keluhan nyeri, catat intensitasnya, lokasinya dan
lamanya.
- Mengkompres dengan air dingin
- Melakukan
Kolaborasi pemberian analgetik
-
Memeriksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan
yang terjadi.
-
Mempertahankan kesejajaran tubuh secara fungsional, seperti
bokong, kaki, tangan. Pantau selama penempatan alat atau tanda penekanan dari alat tersebut.
- Membantu
pasien dalam program latihan ROM secara pasif.
|
-
Skala nyeri 6
-
Pasien melakukan tehnik
relaksasi, dengan menarik nafas dalam dan kemudian mengeluarkannya
-
Klien terasa nyeri pada daerah
ekstrimitas bawah, nyerinya seperti di tusuk-tusuk berlangsung cukup lama
-
Klien merasa enakan setelah di
kompres dengan menggunakan air
-
-
Pasien masih belum bisa melakukan
aktifitas nya secara mandiri
-
Pasien merasa nyaman dengan
posisi yang telah diatur
-
Pasien merasa senang karena di
latih untuk menggerakkan anggota badan.
|
DAFTAR
PUSTAKA
Arif,
Manjoer,dkk.2000.Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI.
Carpenito,
L.J.2001. Buku Saku Diagmosa Keperawatan
Edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges,E
Marilynn,dkk. 2003 . Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC.
Herdman, T Heather. 2011. Diagnosa Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi
2009-2011. Jakarta
: EGC.
Joane C. Mc. Closkey, Gloria M.
Bulechek, 1996, Nursing Interventions
Classification (NIC), Mosby Year-Book, St. Louis
Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby
Year-Book, St. Louis.
Wilkinson,M,Judith.
2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Jakarta : EGC.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah sedia mengisi dengan santun