Caput Succedaneum Dan Cephalhematoma
CAPUT SUCCEDANEUM DAN CEPHAL HEMATOM
2.1 Caput Succedaneum
2.1.1
Pengertian
Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang
terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan
difus, kadang-kadang bersifat ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak
kulit kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah, yang terjadi pada kelahiran
verteks. Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi
hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah lingkaran tekanan dan
pada tempat yang terendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala, dan
melampaui sutura garis tengah. (Obstetri fisiologi, UNPAD.1985)
Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi
kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut
terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput
succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah
2-5 hari.(Sarwono Prawiroharjo.2002)
Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan
pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada
persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi.(Sarwono Prawiroharjo.2002)
Caput succedaneum adalah edema di kulit kepala pada bagian
presentasi kepala. Dapat mengenai area kepala secara luas, atau hanya sebesar
telur itik, pembengkakan dapat mencapai garis sutura dan edema ini secara
bertahap diabsorpsi dan menghilang dlam 3 hari.(Adele Pilliteri.2002)
2.1.2 Etiologi
Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya caput
succedaneum pada bayi baru lahir(Obstetri fisiologi,UNPAD, 1985, hal 254),
yaitu :
Persalinan lama
Dapat menyebabkan caput succedaneum karena terjadi tekanan
pada jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup,
tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar
dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah.
Persalinan dengan ekstraksi vakum
Pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering
terlihat adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan sebesar
alat penyedot vakum yang digunakan.
2.1.3
Patofisiologi
Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala
ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan
limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vaskuler. Benjolan
caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah.
Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di
daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk
mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage
ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir.
Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri
dalam satu sampai dua hari.
Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002,
proses perjalanan penyakit caput succedaneum adalah sebagi berikut :
Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput succadeneum
merupakan pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis
tengah.
Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi
kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya
ditemukan didaerah presentasi lahir dan terletak periosteum hingga dapat
melampaui sutura.
2.1.4
Manifestasi Klinis
Menurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak (Richard E,
Behrman.dkk.2000), tanda dan gejala yang dapat ditemui pada anak dengan caput
succedaneum adalah sebagi berikut :
Adanya edema dikepala
Pada perabaan teraba lembut dan lunak
Edema melampaui sela-sela tengkorak
Batas yang tidak jelas
Biasanya menghilang 2-3 hari tanpa pengobatan
2.1.5
Pemeriksaan Diagnostik
Sebenarnya dalam pemeriksaan caput succedaneum tidak perlu
dilakukan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut melihat caput succedaneum sangat
mudah untuk dikenali. Namun juga sangat perlu untuk melakukan diagnosa banding
dengan menggunakan foto rontgen (X-Ray) terkait dengan penyerta caput
succedaneum yaitu fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial.
(Meida.2009)
2.1.6
Penatalaksanaan
Menurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak (Richard E,
Behrman.dkk.2000), Pembengkakan pada caput succedaneum dapat meluas
menyeberangi garis tengah atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri
dalam beberapa hari. Pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan distorsi
wajah dapat terlihat pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan tidak
diperlukan pengobatan yang spesifik, tetapi bila terdapat ekimosis yang
ektensif mungkin ada indikasi melakukan fisioterapi dini untuk
hiperbilirubinemia.
Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih
sering berhubungan dengan adanya caput succedaneum dan semakin menjadi nyata
setelah caput mulai mereda, kadang-kadang caput hemoragik dapat mengakibatkan
syok dan diperlukan transfusi darah.
Berikut adalah penatalaksanaan secara umum yang bisa
diberikan pada anak dengan caput succedaneum :
Bayi dengan caput succedaneum diberi ASI langsung dari ibu
tanpa makanan tambahan apapun, maka dari itu perlu diperhatikan penatalaksanaan
pemberian ASI yang adekuat dan teratur.
Bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daerah
edema kepala.
Atur posisi tidur bayi tanpa menggunakan bantal
Mencegah terjadinya infeksi dengan :
1) Perawatan tali
pusat
2) Personal hygiene
baik
Berikan penyuluhan pada orang tua tentang :
1) Perawatan bayi
sehari-hari, bayi dirawat seperti perawatan bayi normal.
2) Keadaan trauma
pada bayi , agar tidak usah khawatir karena benjolan akan menghilang 2-3 hari.
Berikan lingkungan yang nyaman dan hangat pada bayi.
Awasi keadaan umum bayi.
2.2 Cephal Hematom
2.2.1
Pengertian
Cephal hematom adalah perdarahan subperiosteal akibat
kerusakan jaringan poriesteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir. Dan
tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah. Tulang tengkorak yang sering
terkena adalah tulang temporal atau parietal ditemukan pada 0,5 – 2 % dari
kelahiran hidup. (Prawiraharjo,Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan)
Menurut Abdul Bari Saifudin, cephal hematoma adalah
pendarahan sub periosteum akibat keruasakan jaringan periosteum karena
tarikan/tekanan jalan lahir dan tidak pernah melampaui batas sutura garis
tengah.(Ika Nugroho.2011)
Gambar 2. Cephal hematom
2.2.2
Klasifikasi
Menurut letak jaringan yang terkena ada 2 jenis yaitu(Ika
Nugroho.2011) :
Subgaleal
Galea merupakan lapiasan aponeurotik yang melekat secara
longgar pada sisi sebelah dalan periosteum. Pembuluh-pembuluh darah vena di
daerah ini dapat tercabik sehingga mengakibatkan hematoma yang berisi sampai
sebanyak 250 ml darah. Terjadi anemia dan bisa menjadi shock. Hematoma tidak
terbatas pada suatu daerah tertentu (Oxorn, Harry, 1996).
Penyebabnya adalah perdarahan yang letaknya antara
aponeurosis epikranial dan periosteum. Dapat terjadi setelah tindakan ekstraksi
vakum. Jarang terjadi karena komplikasi tindakan mengambil darah janin untuk
pemeriksaan selama persalinan, risiko terjadinya terutama pada bayi dengan
gangguan hemostasis darah.
Sedangkan untuk kadang-kadang sukar didiagnosis, karena terdapat edema
menyeluruh pada kulit kepala. Perdarahan biasanya lebih berat dibandingkan
dengan perdarahan subperiosteal, bahaya ikterus lebih besar.
Subperiosteal
Karena periosteum melekat pada tulang tengkorak di
garis-garis sutura, maka hematoma terbatas pada daerah yang dibatasi oleh
sutura-sutura tersebut. Jumlah darah pada tipe subperiosteal ini lebih sedikit
dibandingkan pada tipe subgaleal, fraktur tengkorak bisa menyertai.
Gambaran Klinis : kulit kepala membengkak. Biasanya tidak
terdeteksi samapai hari ke 2 atau ke 3. Dapat lebih dari 1 tempat. Perdarahan
dibatasi oleh garis sutura, biasanya di daerah parietal.
Perjalanan Klinis dan Diagnosis : Pinggirnya biasanya
mengalami klasifikasi. Bagian tengah tetap lunak dan sedikit darah akan diserap
oleh tubuh. Mirip fraktur depresi pada tengkorak. Kadang-kadang menyebabkan
ikterus neonatorum.
2.2.3 Etiologi
Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002,
cephal hematom dapat terjadi karena :
Persalinan lama
Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya
tekanan tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan
robeknya pembuluh darah.
Tarikan vakum atau cunam
Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat
dapat menyebabakan penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang
melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum.
Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan
kepala bayi.
2.2.4
Patofisiologi
Kadang-kadang, cephal hematom terjadi ketika pembuluh darah
pecah selama persalinan atau kelahiran yang menyebabkan perdarahan ke dalam
daerah antara tulang dan periosteum. Cedera ini terjadi paling sering pada
wanita primipara dan sering berhubungan dengan persalinan dengan forsep dan
ekstraksi vacum. Tidak seperti kapu suksedaneum, cephal hematoma berbatas tegas
dan tidak melebar sampai batas tulang. Cephal hematom dapat melibatkan salah
satu atau kedua tulang parietal. Tulang oksipetal lebih jarang terlibat, dan
tulang frontal sangat jarang terkena. Pembengkakan biasanya minimal atau tidak
ada saat kelahiran dan bertambah ukuranya pada hari kedua atau ketiga.
Kehilangan darah biasanya tidak bermakna.(Wong,2008)
Menurut FK. UNPAD. 1985 dalam Obstetri Fisiologi Bandung,
peroses perjalanan penyakit cephal hematom adalah :
Cephal hematom terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi
tulang kepala ke jaringan poriosteum. Robeknya pembuluh darah ini dapat terjadi
pada persalinan lama. Akibat pembuluh darah ini timbul timbunan darah di daerah
sub periosteal yang dari luar terlihat benjolan.
Bagian kepala yang hematoma bisanya berwarna merah akibat
adanya penumpukan daerah yang perdarahan subperiosteum.
2.2.5
Manifestasi Klinis
Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala Cephal
hematom.(Menurut Prawiraharjo, Sarwono.2002.Ilmu Kebidanan):
Adanya fluktuasi
Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam
setelah bayi lahir .
Adanya cephal hematom timbul di daerah tulang parietal.
Berupa benjolan timbunan kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba.
Sebagian benjolan keras sampai umur 1-2 tahun.
2.2.6 Pemeriksaan
Diagnostik
Pemeriksaan X-Ray tengkorak dilakukan bila dicurigai adanya
fraktur (mendekati hampir 5% dari seluruh cephal hematom). Dan pemeriksaan
darah lengkap untuk menilai kadar bilirubin, hematokrit, dan
hemoglobin.(Alpers, ann.2006)
2.2.7 Penatalaksanaan
Tidak diperlukan penanganan untuk cephal hematom tanpa
komplikasi. kebanyakan lesi diabsorbsi
dalam 2 minggu sampai 3 bulan. Lesi yang menyebabkan kehilangan darah hebat ke
daerah tersebut atau yang melibatkan fraktur tulang di bawahnya perlu
evaluasi lebih lanjut.
Hiperbilirubinemia dapat tejadi selama resolusi hematoma ini. Infeksi lokal
dapat terjadi dan harus dicurigai bila terjadi pembengkakan mendadak yang
bertambah besar.(Wong.2008)
Menurut Ida Bagus Gde Manuaba 1998, cephal hematoma umumnya
tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya akan mengalami resolusi khusus
sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Namun apabila
dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama menghilang (1-3 bulan)
dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain :
Menjaga kebersihan luka.
Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan cephal hematoma.
Pemberian vitamin K.
Bayi dengan cephal hematoma tidak boleh langsung disusui
oleh ibunya karena pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih.
Pemantauan bilirubinia, hematokrit, dan hemoglobin.
Aspirasi darah dengan jarum suntik tidak diperlukan.
2.3 Konsep Asuhan
Keperawatan
Mengingat konsep dan perjalanan penyakit yag terjadi pada
caput succedaneum dan cephal hematom adalah hampir sama, maka konsep asuhan
keperawatan yang dapat diberikan juga hampir sama pula. Akan tetapi tetap dalam
koridor penyakit perdarahan ekstrakranial.
2.3.1
Pengkajian
Subjektif
1) Identitas
Terjadi pada bayi baru lahir terutama nampak jelas segera
(Caput Succedaneum) dan pada beberapa jam atau hari setelah lahir(Cephal
Hematom).
2) Keluhan
Benjolan di kepala bayi segera dan beberapa jam setelah
lahir.
Objektif
1) Benjolan di
kepala bayi, biasanya pada daerah tulang parietal, oksipital.
2) Berkembang
secara bertahap segera setelah persalinan.(Caput Succedaneum)
3) Berkembang
secara bertahap dalam waktu 12-72 jam.(Cephal Hematom)
4) Pembengkakan
kepala berbentuk benjolan difus.
5) Tidak berbatas tegas, melampaui batas
sutura. (Caput Succedaneum)
6) Berbatas
tegas, tidak melampaui batas sutura. (Cephal Hematom)
7) Perabaan,
mula-mula keras lama kelamaan lunak.
8) Pada daerah
pembengkakan terdapat pitting odema.
9) Sifat
timbulnya perlahan, benjolan tampak jelas setelah 6-8 jam setelah lahir.
10) Bersifat
soliter / multiple.
11) Anemi,
hiperbilirubin bila gangguan meluas.
12) Jarang
menimbulkan perdarahan yang memerlukan transfusi, kecuali bayi yang mempunyai
gangguan pembekuan.
c. Pemeriksaan
radiologi : dilakukan bila ada indikasi gangguan nafas, benjolan terlalu besar.
Pemeriksaan Laboratorium untuk menilai kadar hematokrit,
hemoglobin, bilirubin, dan faktor pembekuan.
2.3.2 Diagnosa
Keperawatan
a. Gangguan rasa
nyaman berhubungan dengan trauma jaringan perinatal.
b. Ansietas (anak
dengan orang tua) berhubungan dengan ketidak tahuan status kesehatan anak.
c. Resiko infeksi
berhubungan dengan adanya indurasi.
2.3.3 Rencana
Keperawatan
No.
Dx. Keperawatan
Tujuan & KH
Intervensi
Rasional
1.
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan trauma jaringan
perinatal.
Tujuan:
Anak akan menunjukkan berkurangnya rasa ketidaknyamanan.
KH :
Anak tidak rewel.
Anak tidak terus menangis.
Anak memperhatikan tanda – tanda vital dalam batas normal.
Kaji ekspresi anak (diam, rewel, menangis terus-menerus,dll)
Kurangi jumlah cahaya lampu, kebisingan, dan berbagai
stimulus lingkunagn lainya dalam anak.
Kaji tanda – tanda vital, catat peningkatan frekuensi nadi,
peningkatan atau penurunan nafas, dan diforesis.
Kolaborasi : Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri.
Memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi
intervensi yang diberikan.
Stimulus demikian dapat mengganggu anak yang mengalami
cedera. Karena dapat meningkatkan tekanan intrkranial.
Peningkatan frekuensi nadi, peningkatan atau penurunan
frekuensi pernapasan, atau diforesis menunjukkan ketidaknyamanan.
Mengurangi nyeri dan spasme otot
2.
Ansietas (anak dengan orang tua) berhubungan dengan
ketidaktahuan status kesehatan anak.
Tujuan:
Anak dan Orang tua akan menunjukkan kecemasan berkurang.
KH :
Menunjukkan pengurangan rasa agitasi
Mengajukan pertanyaan yang tepat sehubungan dengan penyakit
dan penangananya.
Jelaskan pada anak dan orang tua tentang tujuan semua
tindakan keperawatan yang dilakukan dan bagaimana tindakan dilakukan
Ijinkan orang tua tetap menemani anak, bergantung pada
keadaan anak.
Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.
Dengan menegetahui apa yang akan dilakukan sebelum
melaksanakan prosedur dan mengapa prosedur tersebut dilakukan membantu
mengurangui kecemasan.
Dengan mengijinkan orang tua untuk menemani anak memberi
dukungan emosional pada anak dan mengurangi kecemasan pada anak. Kecemasan
orang tua akan berkurang dengan mengijinkan mereka memantau dan berpartisipasi
dalam perawatan anak.
Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat
keputusan atau pilihan sesuai realita.
3.
Resiko infeksi berhubungan dengan adanya indurasi.Tujuan :
Anak akan menunjukkan tidak adanya tanda atau gejala
infeksi.
KH :
Suhu tubuh kurang dari 37oC
Tidak ada drainase dari luka (cephal hematom)
Tidak ada tanda-tanda infeksi.
Sel darh putih dalam batas normal sesuai dengan usia.
Kaji keadaan indurasi pada anak.
Pantau suhu suhu anak setiap 4 jam
Kaji tanda dan gejala meningitis, termasuk kakuk kuduk, peka
rangsang, nrei kepala, demam, muntah, dan kejang–kejang.
Ganti balutan indurasi(jiak ada) dan gunakan teknik
sterilisasi.
Mengidentifikasi adanya infeksi secara dini.
Hipertermi merupakan suatu tanda infeksi.
Meningitis merupakn komplikasi yang mengkin terjadi
padasetiap kejadian cephal hematom walaupun jarang.
Teknik steril akan membantu mencegah masuknya bakteri
kedalam luka dan mengurangi infeksi.
Tabel 1. Rencana keperawatan (Speer, Kathleen Morgan.2007)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Caput succedaneum adalah pembengkakan yang edematosa atau
kadang-kadang ekimotik dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai
bagian yang telah dilahirkan selama persalinan verteks. Edema pada caput
succedaneum dapat hilang pada hari pertama, sehingga tidak diperlukan terapi.
Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi
untuk kecenderungan hiperbilirubin. Kadang-kadang caput suksadenum disertai
dengan molding atau penumpangan tulang parietalis, tetapi tanda tersebut dapat
hilang setelah satu minggu.
Cephal hematom merupakan perdarahan subperiosteum. Cephal
hematom terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema
pada kulit kepala. Cephal hematom dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3
bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya. Pada neonatus dengan sefalhematoma
tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototerapi untuk mengatasi
hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase merupakan kontraindikasi
karena dimungkinkan adanya risiko infeksi. Kejadian cephal hematom dapat
disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial.
3.2 Saran
Pada caput succedaneum dan cephal hematom, perawat bisa
menjelaskan kepada ibu dan keluarga bayi bahwa tidak diperlukan tindakan atau
penanganan khusus bila tanpa komplikasi. Salah satu penyebab cephal hematom
adalah trauma lahir, karena itu untuk mencegah terjadinya caput succedaneum dan
cephal hematom bisa dilakukan dengan memimpin persalinan yang aman dan tepat.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah sedia mengisi dengan santun